Tuesday 20 March 2012

Kerajaan Galuh


Terimakasih atas kunjungan anda


prasati astana gede 

Pada ulasan terdahulu "Kendan Cikal Bakal Galuh" diterangkan bahwa Rajaresiguru Wretikandayun memerdekan kerajaan Kendan dari Tarumanagara, pada tahun 669 Masehi dan merubah Kendan menjadi Kerajaan Galuh dengan Ibukota Kawali. Praburesiguru Wretikandayun menjadi raja pertama di Kerajaan Galuh, memerintah sampai tahun 702 Masehi dalam usia 111 tahun. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang ke tiga bernama Amara atau Mandiminyak Prabu Mandiminyak sebelum naik tahta di Kerajaan Galuh, sedang berkuasa di Kerajaan Kalingga mewarisi tahta ibu mertuanya dari Parwati (Putri Ratu Maharani Sima, yang wafat pada tahun 695 Masehi). Sebelum wafat, Ratu Sima membagi dua Kerajaan Kalingga.
1. Parwati, memperoleh bagian Utara yang disebut Bumi Mataram (695-716 M) dan
2. Narayana, memperoleh bagian Selatan dan Timur yang disebut Bumi Sambara, ia bergelar Iswarakesawa Lingga Jagatnata Buwanatala (679 - 742 Masehi.

Dengan permaisuri Parwati, Prabu Mandiminyak memiliki seorang putri bernama Sanaha, sebelum menikah dengan Parwati, Mandiminyak memiliki putra bernama Sena atau Bratasenawa hasil hubungan gelap dengan kakak iparnya (Pohaci Rababu). Setelah kedua putranya dewasa dinikahkan, antara Sena dan Sanaha (saudara lain ibu) atau disebut kawin Manu.
Tahun 702 Prabu Mandiminyak pulang ke Galuh untuk menggantikan tahta ayahnya, sedangkan untuk pemerintahan di Bumi Mataram dijalankan oleh istrinya yaitu Ratu Parwati. Prabu Mandiminyak berkuasa di Kerajaan Galuh sampai tahun 709 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya bernama Bratasenawa.
Permaisuri Prabu Bratasenawa bernama Ratu Sanaha, dari hasil penikahannya memperoleh putra bernama Sanjaya.

Prabu Bratasenawa memerintah Kerajaan Galuh sampai tahun 716, karena digulingkan oleh Purbasora putra Sempakwaja dari Kerajaan Galunggung. Bunisora merasa lebih hak dengan tahta Galuh daripada Sena (saudara se ibu-nya lain ayah, hasil fair dengan Mandiminyak). Prabu Bratasenawa tewas ditangan Purbasora yang dibantu oleh Ayah mertuanya (Prabu Darmahariwangsa Kerajaan Indraprahasta) yang mengerahkan angkatan perangnya.
Tahun 716, Prabu Purbasora naik tahta di Kerajaan Galuh dalam usia 73 tahun sampai tahun 723 Masehi bersama permaisuri yang bernama Citra Kirana.
Prabu Purbasora tewas di tangan Sanjaya putra Prabu Bratasenawa dan Sanaha. Sanjaya menuntut balas atas kematian kedua orang tuanya. Setelah Prabu Purbasora wafat Sanjaya naik tahta di Kerajaan Galuh dengan permaisuri Sekar Kancana yang bergelar Teja Kancana Ayu Purnawangi (cucu Prabu Tarusbawa). Gelar abhiseka Prabu Sanjaya adalah Maharaja Harisdarma Bimaparakrama Prabu Maheswara Sarwajitasatru Yudapumajaya.

Sebelum kembali ke Bumi Mataram, Maharaja Sanjaya yang menguasai Kerajaan Galuh-Sunda dan Bumi Mataram, menguasakan Kerajaan Sunda kepada putranya yang bernama Barmawijaya 732 M. Sedangkan tahta Kerajaan Galuh dikuasakan kepada cucu Purbasora yang bernama Premana Dikusuma 732 M.

Prabu Premana Dikusuma terkenal sebagai seorang pertapa, ia dijuluki Ajar Sukaresi atau Bagawat Sajala- jala. Ia menikahi Dewi Naganingrum cucu Patih Bimaraksa. Dengan permaisuri Dewi Naganingrum ia berputra Surotama alias Manarah yang lahir pada tahun 718 M. Juga menikahi Dewi Panrenyep putri Patih Anggada. Dewi Pangrenyep lahir pada tahu 704 Masehi, 6 tahun lebih muda dari Dewi Naganingrum.
Kehadiran Dewi Pangrenyep sebagai istri yang dipaksakan oleh Sanjaya, bagi Premana Dikusuma yang sudah berusia 40 tahun dan berpredikat Bagawat tidak memperdulikan kebeliaan dan kecantikannya.
Prabu Prema Dikusuma lebih sering bertapa daripada mengurus pemerintahan. Dewi Pangrenyep yang masih muda belia merasa kecewa dengan sikap Sang Prabu. Ia tidak disukai berada di Keraton Galuh karena peristiwa kematian Bunisora oleh Sanjaya. Orang yang sangat melindunginya adalah Prabu Barmawijaya.
Mereka adalah sama-sama cicit Maharaja Tarusbawa, dilahirkan pada tahun yang sama 704 M di Keraton Sunda. Akibat sering bertemu antara Barmawija dan Dewi Pangrenyep, pada tahun 724 lahirlah Sang Bang 6 tahun lebih muda dari Sang Manarah. Prabu Premana Dikusuma dibunuh seorang prajurit utusan Prabu Barmawijaya, yang menginginkan tahta Galuh juga ke dua istrinya yaitu Dewi Naganingrm (yang terkenal dengan kecantikannya) dan Dewi Pangrenyep.
Prabu Barmawijaya berkuasa atas kerajaan Sunda-Galuh sampai tahun 739 Masehi. Turun tahta karena pembalasan Sang Manarah, Prabu Barmawijaya tewas bersimbah darah beserta Dewi Pangrenyep dihujani anak panah (lihat pembalasan Ciung Wanara).

Selanjutnya digantikan oleh Prabu Manarah dengan gelar abhiseka Prabu Jayaperkosa Mandaleswara Salakabuan. Memerintah di Kerajaan Galuh sampai tahun 783 Masehi. Dari permaisuri Kancana Wangi (cicit Resiguru Demunawan Raja Saungglah) memiliki putri bernama Dewi Puspasari yang dinikahi oleh Prabu Manisri. Tahun 783 Masehi Prabu Manarah mengundurkan diri dari tahta kerajaan untuk melakukan Manurajasunya. Ia wafat pada tahun 798 Masehi dalam usia 80 tahun. Tahta Kerajaan Galuh digantikan oleh menantunya, Prabu Manisri dan Ratu Dewi Puspasari. Prabu Manisri bergelar Prabu Darmasakti Wirajayeswara,  berkuasa dari tahun 783 - 799 M.

Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Tariwulan yang bergelar Prabu Kretayasa Dewakusaleswara. Memerintah tahta Galuh bersama permaisuri Dewi Saraswati putri Kerajaan Saunggalah sampai tahun 806 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Welengan dangan gelar Prabu Brajanagara Jayabuana, memerintah sampai tahun 813 M. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Linggabumi. Karena Prabu Linggabumi tidak mempunyai keturunan, maka pada tahun 825 tahta Kerajaan Galuh diberikan kepada suami adiknya, yaitu Prabu Gajah Kulon (Rakeyan Wuwus). Berkuasa atas tahta Galuh-Sunda sampai tahun 825 Masehi. Kemudian digantikan oleh Prabu Arya Kedaton dengan gelar Darmaraksa Salakabuana, dengan permaisuri Dewi Widyasari adik Prabu Gajah Kulon. Prabu Arya Kedaton berkuasa sampai tahun 829 Masehi. Tewas dibunuh oleh seorang menteri utusan Prabu Arya Kedaton sebagai aksi balas dendam.

Kemudian tahta Kerajaan Galuh dipegang oleh putra Prabu Arya Kedaton yang bernama Prabu Windusakti dengan nama nobat Prabu Dewageung Jayeng Buana. Memerintah Kerajaan Galuh bersama permaisurinya yang bernama Dewi Sawitri (putri Prabu Gajah Kulon) sampai tahun 913 Masehi. Berikutnya Prabu Pucukwesi yang memerintah Kerajaan Galuh - Sunda sampai tahun 916 Masehi. Sebelum perebutan tahta Kerajaan oleh Jayagiri, tahta kerajaan Galuh telah diberikan kepada Prabu Jayadrata (cucu Batara Danghiyang Guruwisuda dari permaisuri Dewi Sundara). Prabu Jayadrata berkuasa penuh atas Kerajaan Galuh, tidak lagi sebagai Negara bawahan Sunda. Prabu Jayadrata berkuasa sampai tahun 949 Masehi, digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Harimurti. Prabu Harimurti berkuasa sampai tahun 988 M.

Kemudian yang bertahta di Kerajaan Galuh adalah Prabu Linggasakti Jayawiguna. Memerintah di Kerajaan Galuh bersama permaisuri Dewi Rukmawati sampai tahun 1022 M. Setelah wafat digantikan oleh putranya bernama Praburesiguru Darmasatyadewa yang memerintah sampai 1027 Masehi. Kemudian digantikan oleh Prabu Sanghiyang Ageung, Kerajaan Galuh - Sunda kembali bersatu. Sebagai wakil dirinya, Prabu Sanghiyang Ageung menguasakan kepada Dewi Sumbadra (adik istrinya) untuk memerintah di Kerajaan Galuh. Dewi Sumbadra berkuasa di Kerajaan Galuh sampai tahun 1065 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya bernama Prabu Arya Tunggal Ningrat, yang memerintah Galuh sampai tahun 1041 Masehi. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Resiguru Sudakarmawisesa yang menikah dengan Dewi Citrawati putri Resiguru Batara Hiyang Purnawijaya.Pada tahun 1111 Masehi Resiguru Sudakarmawisesa menyerahkan tahta Kerajaan Galuh kepada istrinya, ia memilih menjadi pertapa.

Ratu Dewi Citrawati sebagai penguasa Kerajaan Galuh dan pusat pemerintahannya di Kerajaan Galunggung.
berkuasa sampai tahun 1152 Masehi. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Batara Danghiyang Guru Darmawiyasa dan berkuasa atas Kerajaan Galuh dan Galunggung.
Batara Danghiyang Guru Darmawiyasa berkuasa sampai tahun 1157 Masehi, setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Maharaja Darmakusuma. Maharaja Darmakusuma menikahi putri Prabu Menakluhur raja Sunda yang bernama Ratna Wisesa, sehingga ia berkuasa atas tahta Galuh - Sunda dan Galunggung.

Kerajaan Galuh terpisan dari Kerajaan Sunda pada tahun 1475, yang berkuasa adalah Prabu Dewa Niskala putra Praburesi Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Dewi Mayangsari. Pada tahun 1482 Prabu Dewa Niskala melepaskan tahta Kerajaan karena melanggar etika keraton. Yaitu menikahi rara hulanjar (gadis yang sudah bertunangan) yang melarikan diri dari Kerajaan Majapahit, saat itu sedang terjadi perebudan kekuasaan. Sekitar tahun 1478 M kerajaan Majapahit mendapat serasngan yang beruntu dari Demak, kemudian dasri Daha oleh Batara Prabu Girindrawardhana. Pengungsi dari Majapahit diantaranya ada yang mencari perlindung ke Keraton Galuh. Rombongan pengungsi tersebut dipimpin oleh Raden Baribin (saudara Prabu Kertabumi). Raden Baribin oleh Prabu Dewa Niskala dijodohkan dengan putrinya yang bernama Ratna Ayu Kirana. Kesalahan Prabu Dewa Niskala, yang pertama menikahi rara hulanjar dan yang kedua hal yang dianggap paling tabu untuk keraton Sunda-Galuh yaitu menikahkan putra atau putri dengan keluarga keraton Majapahit, hal itu setelah kejadian Palagan Bubat.

Prabu Susuktunggal yang memerintah tahta Sunda alangkah murkanya mengetahui apa yang dilakukan adiknya. Saat itu hampir terjadi perang saudara, namun seluruh pembesar ke dua kerajaan mencegah hal itiu agar tidak terjadi pertumpahan darah antara dua putra Hyang Praburesi Wastu. Akhirnya kedua raja sama-sama meletakan jabatan. Tahta Galuh - Sunda diberikan kepada Prabu Jayadewata.

Dari istri pertama, Prabu Dewa Niskala berputra:
1. Pamanahrasa atau Jayadewata
2. Ningratwangi, penguasa kerajaan daerah Galuh

Dari istri kedua berputra :
1. Banyakcakra atau kamandaka, menjadi Bupati Galuh di Pasir Luhur
2. Banyakngampar, menjadi Bupati Galuh di Dayeuh Luhur
3. Kusumalaya atau Ajar Kutamangu, kelak menikah dengan Ratu Simbar Kancana ratu Talaga 

Pada tahun 1482 Kerajaan Sunda - Galuh oleh Jayadewata disatukan dengan nama kerajaan baru yaitu Kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan (Bogor).

Sumber : Sejarah Jawa Barat




No comments:

Post a Comment