Monday 12 March 2012

Kendan Cikal Bakal Galuh

Terimakasih atas kunjungan anda


situs kendan

Tokoh Resiguru dalam carita parahiyangan adalah Rajaresiguru Manikmaya suami Dewi Tirtakencana atau menantu Prabu Suryawarman penguasa Tarumanagara ketujuh (515-535 M). Resi Manikmaya oleh Prabu Suryawarman diberi wilayah Kendan untuk penyebaran ajarannya, setelah pengikutnya banya Resiguru mendirikan Kerajaan Kendan sebagai negara bawahan Tarumanagara. Pada tahun 568 M, Resiguru wafat, sebagai penerus Kerajaan Kendan adalah Sang Baladhika Suraliman. Penobatan Rajaputra Suraliman berlangsung pada tanggal 12 bagean poek bulan asuji tahun 490 Saka atau 5 Oktober 568 M.
Dalam perkawinannya dengan Dewi Mutyasari putri Kerajaan Bakulapura (Kutai) keturunan keluaraga
Kundungga, memiliki seorang putra dan putri. Yang putra diberi nama Kandiawan (sebagai penerus tahta) dan Kandiawati. Prabu Suraliman menjadi Raja Kendan selama 29 tahun, dari tahun 568 - 597 M.
Selanjutnya tahta Kerajaan Kendan dipegang oleh Kandiawan. Sebelum ayahnya wafat, Kandiawan telah
menjadi Raja daerah di Medang Jati, karena itu ia digelari Rahiyangta ri medang jati.

Setelah menjadi Raja, Kandiawan bergelar Rajaresi Dewaraja. Kandiawan menjadi Raja Kendan   hanya
15 tahun, yaitu dari tahun 597-612 M. Sang Kandiawan mengundurkan diri dari tahta kerajaan, ia menjadi
pertapa di Layungwatang daerah Kuningan. Sebagai penggantinya ia menunjuk putra bungsu yang bernama
Wretikandayun yang saat itu sudah menjadi rajaresi sebagai raja daerah di wilayah Menir.

Praburesi Kandiawan memilih Wretikandayun, oleh penulis Carita Parahyangan dengan selubung halus,
menerangkan :

1. Sang Mangukuhan memilih hidup jadi "pahuma" (peladang)
2. Sang Karungkalah memilih hidup jadi "panggerek" (pemburu)
3. Sang Karungmaralah memilih hidup jadi "panyadap"
4. Sang Sandanggreba memilih hidup jadi padagang.

Peladang, panggerek, panyadap dan padagang merupakan sindiran halus bahwa ke empat kakak Wretikandayun tersebut lebih memilih hidup untuk kepentingan duniawi.

Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan pada tanggal 14 bagean caang bulan Caitra tahun 534 Saka atau 23 maret 612 M.
Setelah naik tahta Rajaresi wretikandayun memindahkan ibukota kerajaan dari Kendan ke tempat yang baru yang diberi nama Galuh (permata). Wilayah Galuh diapit oleh sungai Cimuntur dan Citanduy. Lokasi sekarang dikenal sebagai Desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.

Rajaresi Wretikandayun menikah dengan putrinya Resi Makandria yang bernama Manawati. Setelah menjadi permaisuri, Manawati bergelar Candraresmi, dalam carita parahiyangan permaisuri ini desebut sebagi Pwah Bungatak Mangale-ale.

Dalam perkawinnya dengan Manawati, Wretikandayun memiliki tiga orang putra, yaitu :
1. Sempakwaja yang lahir pada tahun 620 M
2. Jantaka lahir pada tahun 622 M
3. Amara lahir tahun 624 M

Pada tahun 669, Prabu Linggawarman, Raja Tarumanagara wafat digantikan oleh menantunya yang bernama Tarusbawa dari kerajaan Sundapura yang menikahi Dewi Manasih purti Prabu Linggawarman.

Wafatna Prabu Linggawarman dimanfaatkan oleh Wretikandayun untuk melepaskan diri sebagai negara merdeka. Prabu Tarusbawa menyetujui permintaan Wretikandayun, dengan daerah kekuasaan wilayah Citarum sebelah Timur. Rajaresiguru Wretikandayun merubah nama Kerajaan Kendan menjadi Kerajaan
Galuh dengan Ibukota Kawali.

Sempakwaja dan Jantaka memiliki cacat tubuh, menurut tradisi keraton saat itu tidak mungkin keduanya menjadi yuwaraja sebagai calon pengganti Rajaresi Wretikandayun.
Sempakwaja kemudian dijadikan Resiguru di daerah Galunggung dan diberi gelar Batara Danghiyang Guru.
Ia menikah dengan Pohaci Rababu, ia berputra Bunisora yang lahir pada tahun 643 M dan Demunawan yang lahir pada tahun 646 M.

Sedangkan Jantaka dijadikan Resiguru di Denuh, terkenal dengan gelarnya Resiguru Wanayasa atau Rahiyang Kidul karena letak telaga Denuh berada di daerah Galuh Selatan.
Rajaresiguru Wretikandayun wafat pada tahun 702 M dalam usia 111 tahun. Amara atau Mandiminyak menggantikan kedudukan Wretikandayun sebagai Raja Galuh ke-dua.


Sumber : Sejarah Jawa Barat 1997

No comments:

Post a Comment